NPM: 50419972
KELAS : 1IA06
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA
BAB 1 MANUSIA DAN CINTA KASIH
A. Pengertian Cinta Kasih
Cinta kasih dapat dirumuskan secara sederhana sebagai perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Sehingga menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Cinta memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan hubungan erat di masyarakat dan pembentukan hubungan-hubungan manusiawi yang akrab. Ia adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dan membuatnya ikhlas berkorban, ikhlas dalam menyembah-Nya., mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Sebagai manifestasi perasaan cinta, manusia mempunyai banyak lambang tentang cinta. Lambangnya dapat berupa bau bunga, warna, cium tangan, cium kening, dan sebagainya. Seperti dikatakan oleh Filsuf Islam al Kindi: “Jika bau bunga sedap malam dicampur dengan bau mawar, akan lahir bau baru yang bisa membangkitkan perasaan cinta dan bangga.
Pemahaman orang modern bahwa cinta adalah kebebasan tanpa batas dan ikatan serta pelepasan nafsu hewani yang menjerumuskan mereka kedalam hidup yang penuh dengan ketidaktenangan, harus segera dilepaskan. Dan tiada yang dapat melepaskan dan membebaskan mereka kecuali dengan cahaya cinta yang bersumber dari-Nya. Dia-lah Zat pemberi cahaya cinta berupa keselamatan dan kedamaian. Sesungguhnya dalam kitab Allah banyak membicarakan masalah cinta, menunjukkan dan membimbing ke arahnya.[2]
B. Macam-Macam Cinta Kasih
1. Cinta Kepada Allah
Merupakan puncak cinta manusia yang paling jernih dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lainnya.
Cinta ini akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab, dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya merupakan manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
Firman Allah:
“Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Imran : 31).
Ibnul Qayyim, dalam kitabnya Madariyus Shalihin Juz 1 halaman 99, mengatakan: “Pokok ibadah adalah cinta kepada Allah, bahkan mengkhususkan cinta hanya kepada Allah, tidak mencintai yang lain, bersamaan mencintai-Nya. Ia mencintai sesuatu hanyalah karena Allah dan jalan Allah.”
Demikianlah jalan cinta, berawal dari perintah Ilahi, berakhir dengan ketaatan insani.
2. Cinta Kepada Rasulullah
Cinta kepada Rasul menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Karena Rasul merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Sebagaimana dikemukakan Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam : 4)
Beliau kekasih Allah yang berjuang dengan segala daya dan kemampuan sehingga akidah yang suci murni ini dapat eksis di bumi. Iman dan agama Allah dapat berkembang di dunia manusia. Disamping itu dibimbingnya pula para makhluk menuju kepada al-Khalik.
Dari Anas Ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orang tuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”
Beliau junjungan, kekasih, dan penolong kita. Rasul pembawa misi kemanusiaan, keselamatan, kedamaian, dan al-Islam. Dialah Sayyidina Muhammad bin Abdullah SAW yang diistimewakan oleh Allah untuk memberi syafaat kubro dan syafaat-syafaat lainnya, yang diberinya telaga al-Kautsar, yang senantiasa diberi rahmat oleh-Nya, dan didoakan oleh para malaikat agar memperoleh rahmat dan karunia-Nya.
Semoga Allah memberikan shalawat kepadamu, wahai junjungan kami, wahai kekasih Allah, wahai utusan Allah. Selama beliau menjadi petunjuk ke jalan Allah, dan menunjukkan ke jalan Allah, maka manusia wajib melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Firman Allah SWT:
“Apa yang dibawa Rasul kepadamu ambillah. Dan apa yang dilarangnya, tinggalkanlah.” (QS. Al-Hijr : 7)
3. Cinta Orang Tua
Anak merupakan buah alami dari kuatnya kasih sayang suami istri. Status sebagai ayah dan ibu merupakan kedudukan mulia, penuh makna sebagai ekspresi bahwa Tuhan telah menumpahkan rahmat-Nya, sehingga keduanya saling dipenuhi rasa kasih sayang dan perasaan terikat satu sama lain secara langgeng.
Cinta orang tua kepada anak-anaknya tidak boleh sama sekali diselingi keraguan. Cinta semacam itu merupakan tanda ke-Tuhanan dan suatu rahmat yang besar bagi kemanusiaan. Allah berfirman:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.” (QS. Ar-Rum : 21)
Sebagian mufassir beranggapan bahwa yang dimaksudkan dengan mawaddah (cinta) dan rahmat di dalam ayat ini ialah anak yang memperkuat hubungan suami istri serta menjamin hubungan tersebut menjadi lebih aman dan damai.
Cinta orang tua kepada anaknya adalah cahaya yang diberikan Tuhan kepada mereka. Nabi SAW menjelaskan kepada para sahabat sambil menunjuk kepada seorang wanita:
“Dapatkah kau bayangkan bahwa wanita ini kelak melemparkan anaknya ke dalam api.” Mereka menjawab: “Tidak” Nabi bersabda: “Kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya lebih kuat daripada kasih sayang wanita ini kepada anaknya.” (Hadits Syarif)
Cinta tersebut adalah cinta alami yang dibawa sejak lahir tanpa bisa dipadamkan oleh siapa pun. Atas dasar inilah maka bukannya Tuhan memerintahkan agar orang tua menjaga kepentingan anaknya, melainkan memerintahkan agar anak menjaga kepentingan orang tuanya. Firman Allah:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS Lukman : 14)
4. Cinta Diri Sendiri
Cinta ini erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan diri. Ia juga mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan pada dirinya. Al-Quran telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindar dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatannya, melalui ucapan Nabi SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjuahkan diri dari segala keburukan. Firman Allah:
“…Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku akan memperbanyak kebaikan bagi diriku sendiri dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan…” (QS Al-A’raf : 188)
Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri, ialah kecintaannya terhadap harta.
“Dan sesungguhnya dia amat sangat cintanya kepada harta.” (QS Al-Adiyat : 8)
Gejala lainnya ialah permintaannya yang terus-menerus agar dikaruniai harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa, dan mengira bahwa ia tidak akan bisa memperoleh karunia lagi. Firman-Nya:
“Manusia tidak jemu-jemu memohon kebaikan, tetapi jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS Fushshilat : 49)
Contoh lain lagi ialah apabila ia tertimpa malapetaka atau kesulitan, ia pun berkeluh kesah atas apa yang menimpa dirinya dan apabila ia memperoleh banyak harta, ia begitu hati-hati sekali dalam memeliharanya dan segan menyedekahkan sebagian kepada orang lain yang membutuhkan. Firman-Nya:
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (QS Al-Ma’arij : 21)
Namun cinta pada diri sendiri tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri diimbangi dengan cinta pada sesama manusia lainnya.
5. Cinta Kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya. Juga hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang lain.
Al-Quran dan Hadits telah menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka kepada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebihan dalam mencintai diri sendiridan emngarahkan cinta mereka kepada saudara mereka seiman. Firman- Nya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin dalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertawakllah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat : 10)
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"
6. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab dialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian dan kerja sama antara suami dan istri. Ia merupakan factor primer bagi keberlangsungan hidup keluarga. Firman Allah:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini: wanita-wanita…” (QS Ali Imran : 14)
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksuallah terbetuk keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri menjadi maju. Firman-Nya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…” (QS Al-Hujurat : 13)
Islam menyerukan pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah yaitu melalui pernikahan.
7. Cinta Kepada Lingkungan
Apabila seseorang menciptakan taman yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya, menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan hidupnya.
D. Ungkapan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan tingkah laku atau perbuatan seperti dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya. Cinta kasih juga dapat diungkapkan dalam bentuk karya budaya, misalnya seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Orang yang mempunyai perasaan cinta kasih, hidupnya penuh dengan gairah, inisiatif dan kreatif. Bagi seniman perilaku cinta kasih dituangkan dalam bentuk karya budaya sehingga dapat dinikmati pula oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memetik nilai-nila kemanusiaan yang terungkap melalui karya budaya itu.
Kesimpulan
Cinta kasih dapat dirumuskan secara sederhana sebagai perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Sehingga menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.Cinta kasih adalah anugerah dari Allah, maka sebagai ungkapan rasa syukur manusia, hendaknya cinta kasih tersebut dijadikan sebagai perasaan yang senantiasa ditujukan pada-Nya, sehingga kita dapat merasakan manis dan indahnya iman dan taqwa.
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, dan Hidayati, Nur, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan Hadits, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000
From.Erich, Seni Mencintai, Jakarta: Sinar Harapan, 1983
Syahirah, 8 Pengertian Cinta Menurut Al-Qur’an, diakses dari http://cintaitumilikallah.blogspot.com/2012/10/8-pengertian-cinta-menurut-al-quran.html
BAB 2 MANUSIA DAN KESUSASTRAAN
A. Pengertian
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi, namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih, kebahagian, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat. Dalam kesusastraan Ilmu Budaya Dasar dapat dihubungkan meliputi dengan bahasa, keagamaan, kesusastraan, kesenian, dan lainnya. Mengikuti pembagian ilmu pengetahuan seperti tersebut diatas maka Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Sosial Dasar adalah satuan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha pendidikan. Konsep-konsep sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial, contohnya keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial bertolak.
Tanpa ada maksud menciptakan dikotomi dalam kesusastraan, ada perbedaan antara literatur biasa dengan sastra. Sastra memiliki sense of love yang lebih representatif. Sebagai contoh, literatur ekonomi dapat saja mencatat angka-angka. Ada benang merah yang menyatukan konsep kebudayaan kita. Tidak heran apabila para pendiri bangsa mampu melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal masih kuat. Elemen-elemen kearifan budaya lokal kita didominasi oleh ajaran.
B. Pendekatan Kesusastraan
Seni adalah sebuah karya atau sastra yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Ini dikarenakan seni merupakan ekspresi manusia terhadap sesuatu. Ilmu budaya dasar dinamakan Basic Humanities, yang berasal dari bahasa inggris yaitu The Humanities, dan bahasa latin yaitu Humanus yang berarti manusia, berbudaya, dan halus. Maka dari itu apabila kita mempelajari The Humanities maka kita akan menjadi manusia yang berbudaya, dan halus. Sedangkan sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia. Seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Sastra lebih mudah untuk berkomunikasi. Karena pada hakikatnya karya sastra merupakan penjabaran abstraksi. Dan sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi. Filsafat juga menggunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kisah, kebahagian, kebebasan yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.
Ada juga tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra, yaitu adalah sebagai berikut.
- Ilmu Sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra.
- Teori Sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.
- Karya Sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen atau novel, atau drama.
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya daar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
C. Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulissan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa itu sendiri berasal dari bahasa Latin prosa yang artinya terus terang. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dia bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruh budaya barat, dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apapun. Prosa terbagi atas dua jenis, yaitu prosa lama dan prosa baru sebagai berikut.
Lima komponen dalam Prosa Lama:
- Dongeng
- Hikayat
- Sejarah
- Epos
- Cerita Pelipur Lara
Lima komponen dalam Prosa Baru:
- Cerita Pendek
- Roman atau Novel
- Biografi
- Kisah
- Autobiografi
D. Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan, atau cerita. Dengan penciptaan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain adalah sebagai berikut.
- Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin untuk perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
- Prosa fiksi memberikan infonnasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
- Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imajinasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
- Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
E. Ilmu Budaya Dasar yaang dihubungkan dengan Puisi
Puisi adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima., ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Kreativitas penyair dalam membangun puisi yaitu sebagai berikut.
- Figura Bahasa.
- Kata-kata yang ambiquitas.
- Kata-kata berjiwa.
- Kata-kata yang konotatif.
- Pengulangan.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam Ilmu Budaya Dasar, yaitu salah satunya adalah hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia. Perekaman dari penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan kembali pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itulah sastra atau puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa untuk memilki kesadaran yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri serta tentang masyarakat.
F. Hal Positif dan Negatif
Hal positif yang dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
- Kita sebagai makhluk yang berakal, berbudi pekerti harus bisa menghasilkan karya-karya yang bermanfaat.
- Harus bisa menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, dan selalu semangat untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
- Peduli akan keanekaragaman dan karya-karya dalam negeri.
Hal negatif yang harus kita tinggalkan di kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
- Menggunakan akal pikiran untuk perilaku yang menyimpang dan bersikap negatif.
- Jangan pernah menjelek-jelekan karya seseorang karena belum tentu kita bisa menjadi lebih baik dalam membuat suatu karya.
- Jangan menjadi pribadi yang hanya bisa menghancurkan dan tidak mau merapikan.
Sumber: